Minggu, 09 September 2012
Senin, 13 Agustus 2012
KARANG TARUNA TUNAS MEKAR: karang taruna "TUNAS MEKAR " desa gintung tengah k...
KARANG TARUNA TUNAS MEKAR: karang taruna "TUNAS MEKAR " desa gintung tengah k...: karang taruna "TUNAS MEKAR " desa gintung tengah kecamatan ciwaringin kabupaten cirebon dalam RANGKA MEMPERINGATI HUT RI KE 67 akan m...
karang taruna "TUNAS MEKAR " desa gintung tengah kecamatan ciwaringin kabupaten cirebon dalam RANGKA MEMPERINGATI HUT RI KE 67 akan merencanakan kegiatan lomba
- lomba catur
- lomba tenis meja
- lomba futsal unik ( futsal bersarung )
dan di akhiri dengan PARADE BAND pada tanggal 26-08-2012 dengan hadiah favorit dan diisis oleh bintang tamu
- frontal band
-apa-che???
semoga terealisasi dan tidak ada masalah
Rabu, 01 Agustus 2012
karang taruna "tuans mekar" desa gintung tengah kec.ciwaringin di bulan ramadhan ini melakukan kegiatan TARAWEH keliling ke stiap musholah sekitar dengan kuwu dan perangkat desa gintung tengah dengan tujuan mempererat tali silaturahmi terhadap warga desa gintung tengah tersebut dan membagikan al qur'an - juz'ammah-dan al barjanji..... semoga bermanfaat amien
Selasa, 10 Juli 2012
upacara pembukaan volley ball piala dprd & briping pelaksanaan
bulan juli 2011
BERLAGA BOY BAND BAYU DKK
Ketika
sebagian besar daerah Cirebon masih tertutup
hutan belantara, dan ajaran Hindu masih dianut oleh sebagian penduduk Cirebon. Maka pada saat
itu pulalah Mbah Kuwu Cirebon dengan dibantu teman dan kerabatnya bersemangat
menyebarkan ajaran Islam. Sambil menyebarkan agama tak lupa pula membabat hutan
dan membuka pedukuhan-pedukuhan baru.
Tersebutlah
nama Kyai Ageng Buyut Membah, seseorang dari Negeri Iraq, yang datang ke
Indonesia karena diutus oleh ayahandanya untuk menyebarkan Agama Islam dan
memperbaiki akhlaq serta aqidah Bangsa Indonesia khususnya didaerah Cirebon.
Kyai
Ageng Buyut Membah, diutus oleh ayahandanya tidak langsung datang ke Tataran
Cirebon, melainkan ke Pesantren Sunan Muria, dan ia berguru disana. Dipesantren
itu Kyai Ageng Buyut Membah berkenalan dan bersahabat dengan keturunan Sunan
Muria yang bernama Raden Jaka Pendil. Dipesantren itulah Kyai Ageng Buyut
Membah mendapat nama baru yaitu Raden Suminta.
Teringat
akan pesan ayahandanya yaitu untuk menyebarkan Agama Islam dan untuk
memperbaiki akhlaq serta moral penduduk didaerah Cirebon yang porak poranda
karena pertentangan Agama Hindu Budha dengan Agama Islam yang diajarkan oleh
Mbah Kuwu Cirebon dan kawan-kawan. Kyai Ageng Buyut Membah minta izin kepada
gurunya untuk pergi kedaerah Cirebon.Bersama Raden Jaka Pendil, Kyai Ageng
Buyut Membah berangkat kedaerah Cirebon.
Sebelum mereka berdua berangkat, Sunan Muria memberi pesan agar keduanya dalam
perjalanan, maupun sesampainya ditujuan agar tetap ngaji Sufi (Pewalian) yang
ada enam macam adalah sebagai berikut:
- Diam
- Jangan sombong
- Jangan ugal-ugalan
- Melindungi orang yang lemah
- Memperbanyak membaca Al-Qur’an
- Jangan berbicara sembarangan, dan harus menirukan tingkah laku Sunan Muria yang tidak pernah batal wudlu.
Dalam
perjalanan mereka bertemu dengan Raden Jaga Bodoh (Raden Suralaya) yang juga
sedang diutus oleh ayahandanya yaitu Sunan Gunung Jati untuk membabat Alas
Roban. Namun tempat pertemuan tersebut sekarang wallahu a’lam atau hilang ditelan
zaman. Kemudian mereka bersama-sama melanjutkan perjalanan.
Pada
tahun 1545 M mereka mulai membabat hutan disebelah barat Cirebon. Pada saat itu Raden Jaka Pendil
sedang mengamalkan doa Kanzil ‘Arasy, dari do’a tersebut menjelma sebuah pusaka
kayu yang berwujud keris, kayu tersebut bernama Kayu Karas (yang kemudian
terkenal dengan sebutan ki Arasy ). Didalam pusaka Kayu Karas tadi terdapat
qodam berupa jin muslimah dan berwujud seorang wanita. Wanita ini diberi nama
Larasati ( kemudian terkanal dengan sebutan Nyi Arasy ).
Sementara
itu Kyai Ageng Buyut Membah (Raden Suminta) mempunyai pusaka Weling Barong,
wujudnya tongkat berkepala naga, yang qodamnya berisi macan putih yang diberi
nama si Bujang, Ular Buntung, juga memiliki agem-agem merah delima, zamrud
unjaman dan burung banjar petung yang qodamnya berada di telaga midang di Desa
Bringin dan juga mempunyai peliharaan berupa macan Blewuk. Kyai Ageng Buyut
Membah, Raden Jaka Pendil dan Raden Jaga bodoh bersama-sama membabat hutan,
kayu-kayu yang bergelimpangan dan semak-semak kering dibakar hingga kobaran api
menjalar kemana-mana.
Sehabis
hutan di tebang mereka membenahi tempat baru tersebut, termasuk membuat sumur
Pendawa. Nama pendawa hanyalah sebagai kiasan belaka tidak ada hubungan dengan
pendawa lima.
Kemudian orang-orang berdatangan ikut menetap didaerah baru tersebut, termasuk
Ki Buyut Ipah dan Ki Buyut Rinten yang masih bersaudara dari Kyai Ageng Buyut
Membah dan juga datang ikut menetap tinggal didaerah yang baru itu.
Pedukuhan
terbentuk Kyai Ageng Buyut Membahlah yang jadi pemimpin, baik pemimpin agama
maupun pemerintahan. Malah semakin berkembang ajaran islam setelah kedatangan
Kyai Sembung (Kyai Somadullah) datang membantu.
Kyai Sembung adalah
seorang tamu Kyai Ageng Buyut Membah yang datang dari desa Luga Lugina dari
negara Syam (Syiria) untuk menyebarkan agama islam. Karena pada saat itu
keadaan akhlak dan moral masih terlantar.
Disebuah
tempat ada sebuah pohon rindang yang bunganya berbau harum, penduduk pedukuhan
baru tersebut banyak dan sering menggunakan bunga harum tersebut untuk acara
kendurian misalnya : acara pernikahan, khitanan, nujuh bulan dan acara-acara
lainnya .
Awal
terbentuknya pedukuhan baru tersebut, sampai sekarang dikenal dengan sebutan Bentuk,
dan pohon yang digunakan bunganya oleh masyarakat tadi diberi nama POHON
GINTUNG. Istilah Gintung dapat diartikan sebagai berikut:
Gi=girang(suka,riang-gembira), In=Ingsun(saya), Tung=tungkul (betah kerasan),
jadi Gintung artinya Girang Ingsun Tungkul (saya senang dan betah di daerah
baru ) dan dari nama pohon inilah diabadikan menjadi nama DESA GINTUNG,
yaitu pada tahun 1554 M.
Selanjutnya
dibentuklah sebuah tempat pemerintahan baru yang berada ditengah-tengah dari
pedukuhan tersebut, diberi nama dusun atau DESA GINTUNG TENGAH. Dengan
Kyai Ageng Buyut Membah sebagai pemimpin/kuwu, dan sampai sekarang ada daerah
yang masih menggunakan istilah membah adalah membah lor dan membah kidul yaitu
daerah desa yang dijadikan tanah desa (bengkok dan titisarah).
Setelah
pedukuhan baru terbentuk, pola-pola kehidupan ditata dan penyebaran agama
islampun berkembang. Kyai Sembung, Raden Jaka Pendil dan Raden Jaga Bodoh tidak
menetap di desa Gintung Tengah melainkan kembali kedaerah asalnya Negara
Syiria. Salah satu kenangan untuk diingat anak cucu Gintung Tengah adalah Kyai
Sembung dapat menahan petir agar warga Gintung Tengah terhindar dari serangan
petir.
Dalam
perkembangannya, Pohon Gintung tersebut bunganya semakin banyak yang
membutuhkan oleh karena itu Kyai Ageng Buyut Membah menanam pohon gintung
disebelah kidul (Cikal bakal desa Gintung Kidul ), dan disebelah lor (Cikal
bakal desa Gintung Lor). Agar penduduk merasa lebih dekat untuk mengambil bunga
pohon gintung tersebut.
Semakin lama pedukuhan
Gintung Tengah penduduknya makin bertambah dan wilayahnya dibagi menjadi
beberapa blok yaitu :
- Blok Bentuk yang meliputi pendawa
- Blok Pesantren
- Blok Desa
- Blok Sumur bata
Adapun
tanah-tanah yang berada diluar Desa Gintung tengah seperti tapak bima yang
berada di Desa Gintung Kidul, blok sepat (putat) yang berada di Dukumire Desa
Galagamba, tanah Silado di Desa Bakung, adalah tanah-tanah yang diperoleh dari
babat hutan disaat istirahat sambil memandang hasil babat hutan-hutan tadi.
Sampai
sekarang masih ada tempat-tempat yang dianggap sakral / kramat oleh desa
Gintung Tengah adalah sumur pendawa dan sumur bata. Keduanya adalah tempat yang
katiban gaman / pusaka keris Kyai Ageng Buyut Membah kedua tempat tersebut
dapat membuat siapa saja yang berada dekat dengan sumur tersebut akan merasa
tenang, betah dan nyaman.
Apabila
keturunanku (warga Gintung Tengah) memiliki masalah lahir dan batin Kyai Ageng
Buyut Membah menganjurkan untuk mengamalkan do’a Kanjil Arays kemudian mandi
diantara dua sumur tersebut dan apabila ingin mempunyai kelebihan lain(ekonomi
dan lainnya) dianjurkan untuk keluar/merantau dari Desa Gintung Tengah
ini,karena tidak semua kebutuhan hidup tidak semua ada disini.
Sedangkan
sumur Kroya dan sumur buk hanya merupakan kias atau lambang yang berpungsi
untuk peristirahatan para petani sambil berdiskusi tentang pertanian dan
lainnya.
Kyai
Ageng Buyut Membah mempunyai seorang istri dari keturunan Kerajaan Galuh Pakuan
dan dikaruniai beberapa orang anak (yang keberadaanya tidak boleh diceritakan).
Karena usianya Kyai Ageng Buyut Membah tidak sempat mempunyai seorang murid.
Pada hari rabu tanggal 12 Rajab 1154 H / 1725 M Beliau wafat dan dimakamkan di
Blok Pendawa,sehingga pemerintahan desa diturunkan kepada orang lain.
Sejalan
dengan perkembangan pedukuhan Gintung Tengah dan sepeninggalanya para penerus
dan pengganti Kyai Ageng Buyut Membah, Desa Gintung Tengah pernah dipimpin oleh
Kuwu Giwang, karena kuwu Giwang tidak bisa mendengar/budeg, maka terkenal
dengan sebutan Kuwu budeg, sehingga tanah-tanah yang berada diluar Desa Gintung
Tengah diminta oleh masing-masing pemerintah desa setempat.
Selanjutnya
nama-nama Kuwu yang memerintah di desa Gintung Tengah yang diketahui adalah
sebagai berikut :
Kyai Ageng Buyut Membah (Raden Suminta)
Ki Ageng Angin-angin
Ki Ageng Salemba
Ki Ageng Marta Pura
Ki Ageng Buyut Rimba
Ki Ageng Mangun Tapa
Kuwu Giwang (Ki Budeg)
Kuwu Karta
Kuwu Sentanu
Kuwu Prapat
Kuwu Tahir
Kuwu Lampar
Kuwu Satam (1930-1937)
Kuwu Satim (1938-1945)
Kuwu Gebyar (1946-1953)
Kuwu Maskina (1954-1961)
Kuwu Kombali (1962-1981)
Kuwu Ambari (1982-1989)
Kuwu Asep Cheguh Firmansyah (1990-1998)
Pjs. Ahmad Ghoni. BA (1999-2000)
Pjs. Drs. Susilo (2000-2001)
Pjs. Taufik Kurosidi (2001)
Kuwu Rasidi Mansyur (2001-2008)
Kuwu Sori (2010 – Sekarang)
Senin, 09 Juli 2012
Karang Taruna berasal dari kata Karang yang berarti pekarangan, halaman, atau tempat. Sedangkan Taruna yang berarti remaja. Jadi Karang Taruna berarti tempat atau wadah pengembangan remaja yang ada di Indonesia. Karang Taruna pertama kali lahir sebagai problem solver terhadap masalah sosial generasi muda di kampung melayu tahun 1960 dan secara resmi berdiri di Jakarta tanggal 26 September 1960, yang merupakan “organisasi sosial wadah pengembangan generasi muda yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan tanggung jawab sosial dari, oleh dan untuk masyarakat terutama generasi muda di wilayah desa/kelurahan atau kominitas adat sederajat dan terutama bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial”(lihat Pedoman Dasar Karang Taruna Sesuai Peraturan Menteri Sosial RO Nomor 83/HIK/2005). Visi dan Misi Visi :Kemandirian dan peran aktif Karang Taruna dalam penanganan masalah sosial.Misi : a. Menumbuhkembangkan prakarsa Karang Taruna dalam pembangunan kesejahteraan sosial. b. Meningkatkan tanggung jawab sosial Karang Taruna dalam pembangunan kesejahteraan sosial. c. Mengembangkan sistem jaringan dan kemitraan dalam penanganan permasalahan kesejahteraan sosial
Lambang Karang Taruna mengandung Unsur :
* Sekuntum bunga Teratai yang mulai mekar yang melambangkan insan remaja yang dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial). Empat helai daun bunga di bagian bawah melambangkan keempat fungsi Karang Taruna.
* Dua helai pita yang terpampang di bagian atas dan bawah. Pita di bagian atas terdapat tulisan "ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA" ("ADHITYA" berarti cerdas dan penuh pengetahuan;"KARYA" berarti pekerjaan; "MAHATVA" berarti terhorma dan berbudi luhur; dan "YODHA" berarti pejuang atau patriot). Jadi, secara keseluruhan berarti pejuang yang berkepribadian,berpengetahuan, dan terampil. Di bagian bawah bertuliskan "KARANG TARUNA INDONESIA" ("KARANG" berarti pekarangan, halaman, atau tempat; "TARUNA" berarti remaja; "INDONESIA"berarti Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jadi, "KARANG TARUNA INDONESIA" berarti tempat atau wadah pengembangan remaja Idonesia;
* Sebuah lingkaran dengan bunga Teratai mekar dengan tujuh helai daun bunga sebagai latar belakang, yang melambangkan Tujuh Unsur Kepribadian yang harus dimiliki Warga Karang Taruna Indonesia:
- Taat :takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa'
- Tanggap :penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
- Tanggon :kuat daya tahan fisik dan mental;
- Tandas :tegas,pasti,tidak ragu,dan penuh pendirian;
- Tangkas :sigap,gesit,cepat bergerak,dan dinamis;
- Terampil :mampu berkreasi, dan berkarya praktis;
- Tulus :sederhana,ikhlas,rela memberi,dan jujur;
* Lingkaran mengandung arti sebagai lambang ketahanan nasional yang berfungsi sebagai tameng/perisai. Bunga mekar yang berdaun lima helai melambangkan lingkaran kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Pancasila;
* Arti warna yang terdapat pada lambang sebagai berikut :
1. Putih : kesucian,tidak tercela,dan tidak bernoda;
2. Merah : keberanian,sabar,tenang,dan dapat mengendalikan diri, dan tekad pantang mundur.
3. Kuning : keagungan dan keluhuran budi pekerti;
Jadi, secara keseluruhan lambang KT Indonesia berarti tekad insan remaja (WKT Indonesia) untuk mengembangkan dirinya menjadi patriot/pejuang yang berkepribadian, cerdas, dan terampil agar mampu ikut secara aktif dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat ayang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
* Sekuntum bunga Teratai yang mulai mekar yang melambangkan insan remaja yang dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial). Empat helai daun bunga di bagian bawah melambangkan keempat fungsi Karang Taruna.
* Dua helai pita yang terpampang di bagian atas dan bawah. Pita di bagian atas terdapat tulisan "ADHITYA KARYA MAHATVA YODHA" ("ADHITYA" berarti cerdas dan penuh pengetahuan;"KARYA" berarti pekerjaan; "MAHATVA" berarti terhorma dan berbudi luhur; dan "YODHA" berarti pejuang atau patriot). Jadi, secara keseluruhan berarti pejuang yang berkepribadian,berpengetahuan, dan terampil. Di bagian bawah bertuliskan "KARANG TARUNA INDONESIA" ("KARANG" berarti pekarangan, halaman, atau tempat; "TARUNA" berarti remaja; "INDONESIA"berarti Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jadi, "KARANG TARUNA INDONESIA" berarti tempat atau wadah pengembangan remaja Idonesia;
* Sebuah lingkaran dengan bunga Teratai mekar dengan tujuh helai daun bunga sebagai latar belakang, yang melambangkan Tujuh Unsur Kepribadian yang harus dimiliki Warga Karang Taruna Indonesia:
- Taat :takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa'
- Tanggap :penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
- Tanggon :kuat daya tahan fisik dan mental;
- Tandas :tegas,pasti,tidak ragu,dan penuh pendirian;
- Tangkas :sigap,gesit,cepat bergerak,dan dinamis;
- Terampil :mampu berkreasi, dan berkarya praktis;
- Tulus :sederhana,ikhlas,rela memberi,dan jujur;
* Lingkaran mengandung arti sebagai lambang ketahanan nasional yang berfungsi sebagai tameng/perisai. Bunga mekar yang berdaun lima helai melambangkan lingkaran kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan Pancasila;
* Arti warna yang terdapat pada lambang sebagai berikut :
1. Putih : kesucian,tidak tercela,dan tidak bernoda;
2. Merah : keberanian,sabar,tenang,dan dapat mengendalikan diri, dan tekad pantang mundur.
3. Kuning : keagungan dan keluhuran budi pekerti;
Jadi, secara keseluruhan lambang KT Indonesia berarti tekad insan remaja (WKT Indonesia) untuk mengembangkan dirinya menjadi patriot/pejuang yang berkepribadian, cerdas, dan terampil agar mampu ikut secara aktif dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat ayang adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Langganan:
Postingan (Atom)